GTT, GURU IDOLA SISWA




GTT, GURU IDOLA SISWA
Ibu Gita namanya sebut saja begitu. Sudah tujuh tahun sebagai Guru Tidak Tetap (GTT) di sekolah dasar negeri. Belum diangkat menjadi guru honorer apalagi PNS. Bukan karena malas ikut seleksi tapi memang belum beruntung.

Namun yang membedakan Ibu Gita dari guru lainnya baik yang sudah PNS atau belum adalah semangat kerjanya yang beretos kerja tinggi. Sampai – sampai rekan “seniornya” mencibir sepak terjangnya dalam melaksanakan tugas. “Mengapa dia harus bekerja segiat itu sampai mengorbankan kepentingan pribadi untuk “membela sekolah” ?. Padahal tidak akan berpengaruh terhadap tambahan penghasilan atau kenaikan pangkat”, cibir guru senior.

Setiap kenaikan kelas Ibu Gita selalu menjadi rebutan siswa dan orang tuanya untuk mengajar di kelas itu terlebih lagi oleh siswa yang kelasnya pernah diajar Ibu Gita. Karena Ibu Gita memang guru idola siswa di sekolah itu.
Penampilan rapi, perhatian, pengorbanan untuk kebaikan dan kemajuan belajar siswa, kemampuan menerangkan pelajaran mudah dicerna bahkan sering menjadi teman curhat siswa yang memiliki persoalan adalah sekumpulan atribut perilaku Ibu Gita yang digunakan untuk mendidik siswa.

Dengan demikian tidak hanya siswa yang terpikat oleh “pelayanan” pendidikan Ibu Gita tetapi juga hampir seluruh orang tua siswa. Maka berbagai dukungan baik berupa materi atau semangat apabila di kelas itu menyelenggarakan kegiatan yang dapat meningkatkan “prestasi” siswa.

Buat saya keberhasilan siswa dalam belajar adalah segalanya” ucapan dari bibir mungilnya saat ditanya mengapa dia bekerja “lebih” dari yang lain. Belajar dari etos kerja Ibu Gita yang masih berstatus GTT. Ternyata tingginya tingkat penghasilan seseorang tidak berbanding lurus dengan kinerja seseorang dalam menjalankan tugasnya. Meskipun idealnya makin tinggi pangkat dan senioritas guru seharusnya makin tinggi kinerjanya. Kondisi macam ini agak sulit dipahami oleh sebagian orang yang masih berpola pikir “tradisional”. Mereka ini umumnya berpendapat bahwa bekerja hanya “sekedar” menjalankan tugas dan dia sudah dibayar mengapa harus bekerja “lebih” bikin susah. Sebab mereka menggunakan ukuran “baju” sendiri yang tanpa harus repot dengan bekerja giat sudah dijamin mendapatkan gaji bulanan cukup lumayan sebagai PNS. Sementara yang GTT harus “berakrobat” agar upaya merasa aman untuk dipertahankan di sekolah itu.

Tapi perlu disadari jika kesuksesan menjadi PNS tidak diimbangi dengan kepuasan batin terhadap makna kerja mengabdi sebagai pendidik akan menciptakan jiwa yang hampa (meaningless), hidup tidak bermakna. Melupakan kesempatan untuk meningkatkan mutu potensi diri bisa berakibat buruk pada prestasi belajar siswa dan merosotnya mutu pendidikan nasional.

Dalam situasi “persaingan” yang demikian ketat baik guru PNS maupun GTT mengembangkan potensi diri mutlak harus dilakukan. Mengapa ? Pada dasarnya, setiap orang memiliki potensi diri. Tapi sayangnya banyak yang belum menyadarinya.

Mengingat potensi diri itu masih “terpendam” dalam diri setiap orang maka potensi diri mesti digali terlebih dahulu agar dapat dikenali. Penggalian potensi terpendam ini dapat dilihat dari upaya manusia untuk memenuhi tingkat kebutuhannya. Kebutuhan tersebut antara lain meliputi kebutuhan social, spriritual, mental kesehatan, kehidupan keluarga dan keuangan.

Potensi guru antara lain berupa potensi kepemimpinan yaitu seseorang yang mempunyai kekuatan pengaruh untuk sekelompok orang dalam melaksanakan tuatu tujuan tertentu dalam hal ini siswa. Kepemimpinan guru tidak bisa terelpas dari tiga komponen yaitu pribadi guru, siswa dan tujuan pembelajaran dan potensi kepemimpinan guru dapat berkembang jika guru dapat mengelola situasi yang didihjadapi melalui “kompetensi dasar” yang sudah dimiliki.

Setiap guru bisa menjebol tembok penjara pikiran negative yang diciptakannya sendiri. Agar dapat melayani siswa mencapai kesuksesan pendidikan sekaligus dapat mencapai “kepuasan” kerja pengabdian seorang pendidik.

Sikap mental positif, focus kepada keberhasilan tujuan mendidik dan etos kerja yang tinggi adalah ciri perilaku seorang pendidik. Sedangkan langkah – langkah yang disarankan untuk meraihj keberhasilan kepemimpinan sebagai pendidik adalah :

1. Siswa amat menyukai guru yang dapat menbuat dirinya merasa memiliki kemampuan dalam menguasai mata pelajaran yang diberikan apalagi jika dapat mendatangkan prestasi. Di samping kompetensi yang sudah dimikili sebagai pendidik, pelayanan pendidikan diarahkan pada basis karakter belajar siswa. Keterampilan dalam hal ini harus dikuasai seorang guru melalui pengenalan kesulitan siswa dalam menyelesaikan tugas dan bagaimana siswa belajar di kelas. Sehingga setiap siswa dapat terangkat potensinya.

2. Sikap menerima dan mengerti dari seorang guru terhadap persoalan yang dihadapi siswa amat dibutuhkan. Terutama pada siswa SD yang dalam masa perkembangannya menurut Erikson, tokoh psikologi sedang memasuki tahap inisiatif vs rendah diri. Siswa akan memiliki rasa percaya diri untuk berkeyakinan bisa menyelesaikan tugasnya jika dimotivasi agar berhasil tidak dicela saat dirinya menghadapi kegagalan. Sedangkan pada siswa SMP dan SMA sikap menerima dan mengerti dapat diwujudkan menghargai kepribadian mereka. Selanjutnya siswa bisa merasakan langsung sikap empati guru. Sehingga mendapat arah hidup positif bagi perkembangan kepribadiannya.

3. Guru mempunyai kewajiban memberikan kesadaran siswa agar bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah. Sehingga siswa dapat mentaati tata tertib dan kedisiplinan sekolah. Sampai terbangun karakter siswa untuk menjadi manusia yang taat asas. Melalui sosialisasi manfaat keunggulan perilaku disiplin.

4. Metode mengajar kreatif sudah seharusnya dimiliki guru dalam rangka menterjemahkan kebijakan kurikulum menjadi mata pelajaran yang dapat menarik minat siswa untuk belajar lebih dalam. Sehingga siswa menjadi belajar secara efektif.

5. Kepiawaian guru berkomunikasi terutama kepada siswa harus dikuasai jika siswa tidak menyukai salah satu guru mata pelajaran yang mengajar di kelas itu dan berpengaruh buruk pada semangat dan prestasi belajar. Dengan menjelaskan perbedaan watak, cara mengajar dan semangat guru yang bersangkutan supaya bisa beradaptasi dengan beragam guru.

6. Ucapan dan tindakan guru selalu menjadi sorotan siswa. Karena itu perilaku pendidik harus bisa dijadikan teladan siswa dalam sikap dan ucapan. Sehingga guru sebagai sosok yang dapat digugu dan ditiru bisa terwujud. Dengan demikian, selama tugas mengajarnya, siswa memperoleh nilai tanggung jawab dan nilai moral spiritual. Bukan sekedar hapal teori tentang mata pelajaran.


7. Kerjasama antara orang tua dan guru harus terjalin secara harmonis guna untuk menunjang keutuhan tugas belajar dan kedisiplinan siswa. Mengingat waktu anak untuk melakukan kegiatan lebih banyak di rumah karena itu orang tua juga bertanggung jawab atas tugas pendidikan siswa. Orang tua dan guru menyatu sebagai keluarga yang bertanggung jawab atas pendidikan anak guna menyongsong masa depan.

8. Tantangan dan perkembangan dunia pendidikan berubah sangat cepat maka guru dituntut untuk terus belajar berkesinambungan meningkatkan berbagai keterampilan yang dapat menunjang profesionalismenya sebagai pendidik. Menciptakan iklim tiada hari tanpa belajar bagi semangat siswa merupakan bukti kongkrit guru yang dinamis mengikuti perkembangan pendidikan sehingga siswa terangsang mengasah kreativitas guna berdaya cipta mengembangkan ilmu pengetahuan. Dengan demikian kepekaan siswa untuk menyadari akan pentingnya ilmu pengetahuan tidak berkutat pada persoalan teoritis, melainkan juga bersifat aplikatif dan berguna bagi dunia nyata.

Akhirnya diharapkan para guru di dalam membangun kebermaknaan kerja dalam pengabdian sebagai pendidik di wujudkan melalui perjuangan, pengorbanan dan rasa bangga terhadap profesi. Walaupun penghasilan belum membanggakan terutama GTT.

Komentar

  1. menyikapi komen di FB, sangat benar jika memang anda mengajar bukan semata2 agar disukai.Pun demikian, saya yakin menjadi guru idaman adalah kebanggaan tersendiri. dan bila kita melihat dibalik itu, tentu ada kualitas2 yang dapat kita teladani dari sang guru idaman ini hingga suatu hari, kita sendiri pun akan menjadi guru idaman. amin

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kiat Menjadi Guru Profesional Abad 21 (Tuntutan Kurikulum 2013)

Penyebab siswa tak menghargai gurunya dan solusinya..!

PROPHET LEADERSHIP: PEJABAT AMANAH SOLUSI UMAT