IJINKAN AKU BERSALAH

“Kerjakan tugasmu jangan sampai ada yang salah”, ucapan sangat serius dari seorang guru yang sedang mengajar di kelas. Hal ini seperti menciptakan situasi cemas dalam diri setiap siswa, padahal “kondisi” psikologis siswa amat menentukan keberhasilan proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Terlebih lagi bila seorang siswa mengalami kegagalan dalam mengerjakan tugas, tidak jarang cacian yang diterima siswa. Banyak siswa mengalami “trauma berkepanjangan” hingga sampai dewasa. Kalau sudah begini maka upaya motivasi terbaik sekalipun untuk keberhasilan belajar akan sia – sia. Sudah pasti hubungan emosi yang erat antara siswa dan guru menjadi berantakan.

Serangkaian cacian dan kebiasaan tidak menghargai “proses” upaya anak belajar mencapai keberhasilan adalah bentuk ketidak terampilan guru dalam mengelola emosi. Biasanya merupakan manifestasi dari berbagai persoalan yang menekan pribadi guru dan tidak mampiu diselesaikannya. 

Berberapa “himpunan” persoalan yang menjadi penyebab kecemasan guru terhadap kegiatan belajar siswa antara lain :

Pertama, harapan yang tinggi agar siswa selalu berhasil mengerjakan tugas dengan baik dan benar secara sempurna. Sehingga tidak ada lagi ruang bersalah untuk anak siswa. Padahal kesalahan adalah pengalaman belajar terbaik bagi siswa.

Kedua, pelit penghargaan. Guru sering tidak adil dalam mencela dan memuji, terkadang berat berat sebelah antara siswa berkali – kali melakukan kesalahan keberhasilan dalam mengerjakan tugas dengan sekali melakukan kesalahan. Guru lebih sering mencela kesalahan dan jarang memuji siswa yang berhasil. Padahal dampak pujian sangat besar artinyabagi siswa untuk menghasilkan keberhasilan berikutnya. Belum lagi perasaan cemas siswa takut dicela karena melakukan kesalahan.

Ketiga, rendahnya harga diri. Guru beranggapan kesalahan dan kegagalan siswa melaksanakan tugas belajar merupakan bentuk kegagalan dari proses pendidikan terhadap siswa.  

Hal ini merupakan kesalahan fatal cara pandang guru terhadap proses upaya pencapaian keberhasilan tugas perkembangan psikologi siswa. Dimana siswa harus berani belajar dari kegagalan dan mengambil hikmah dari kesalahan.

Keempat, tidak konsisten. Penegak dan disiplin sekolah oleh guru tidak jarang ditentukan oleh suasana hati. Akibatnya siswa menjadi kebingungan dan tidak mengerti bagaimana harus harus bersikap terhadap perilaku yang dikehendaki. Mulai dari tata tertib, pilih kasih, sampai aktivitas kegiatan belajar mengajar. Bila suasana hati guru lagi senang semua larangan menjadi diperbolehkan demikian juga ketika suasana hatui lagi susah semua yang asalnya diperbolehkan menjadi larangan. Pada akhirnya siswa beranggapan tak perlu lagi taat pada aturan yang disepakati.

Kelima, ketidak percayaan. Pendapat guru bahwa siswa adalah anak “didik” yang harus diatur dan diawasi selama menjalankan tugas belajarnya. Membuat siswa kesulitan mengembangkan mental berani mencoba. Harap diingat untuk berhasil melakukan sesuatu kegiatan mutlak diperlukan sikap berani mencoba. Akibat tidak dipercaya guru siswa menjadi tidak percaya diri, tidak mandiri, kurang inisiatif dan selalu bergantung bimbingan guru. Selanjutnya akan berpengaruh buruk pada kondisi psikologi anak.

Masih banyak guru beranggapan bahwa melakukan kesalahan semata – mata karena kecerobohan dan sifat buruk mereka. Padahal jauh dilubuk hati guru menyadari bahwa anak melakukan kesalahan lebih disebabkan karena ketidaktahuan, ketidaksengajaan, ketidakmampuan bahkan menghindari kesalahan demi menyenangkan guru dan orang tuanya. 

Apabila seorang bereaksi keras terhadap kesalahan siswa segeralah instropeksi diri. Hal ini pertanda guru sedang mempunyai persoalan pribadi yang terpendam dan siswa sebagai pelampiasan.

Jika guru sudah memahami hal ini, sudah selayaknya mempunyai kesadaran bahwa kesalahan adalah bagian terpenting dari proses belajar siswa menuju kebaikan dan kemajuan. Wujudkanlah dalam bentuk komunikasi dari hati ke hati tentang harapan, kecemasan dan kegembiraan, agar siswa berhasil menunaikan tugasnya dengan baik.

Tindakan selanjutnya adalah mengidentifikasi kesalahan siswa. Apabila kesalahan dilakukan karena ketidaktahuan, seorang guru wajib memberitahu letak kesalahan dan membantu menemukan alternatif jalan kerluar pemecahan. 

Apabila kesalahan dilakukan karena ketidakmampuan, guru wajib membimbing siswa dengan memberi contoh sampai siswa bisa melakukan sendiri. Apabila kesalahan dilakukan dengan sengaja, maka tugas guru adalah mengetahui alasan mengapa hal ini dilakukan. Kewajiban guru menunjukkan dampak baik, buruk dan manfaatnya. Dan apabila siswa mempunyai keinginan untuk mencoba tugas yang diberikan, guru harus memberi kesempatan. 

Dan apabila siswa berhasil melakukan tugasnya, guru harus menghargai upayanya, paling tidak pujian atau tepukan di pundak siswa. Hal itu akan memupuk semangat siswa lebih berhasil.
Hanya dengn pendekatan “manusiawi” seperti itulah guru dapat “mengikat” hati siswa karena tidak ada manusia yang sempurna apalagi siswa.
   

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kiat Menjadi Guru Profesional Abad 21 (Tuntutan Kurikulum 2013)

Penyebab siswa tak menghargai gurunya dan solusinya..!

PROPHET LEADERSHIP: PEJABAT AMANAH SOLUSI UMAT