PROGRAM “EDUKASI” ORANG TUA / WALI MURID

“Kami tidak tahu bagaimana mendampingi anak belajar di rumah ?”. Itu adalah pertanyaan yang sering saya terima ketika mengadakan “Road Show” seminar pendidikan keluarga “Smart Parenting” ke sekolah – sekolah.
Banyak orang tua siswa mengeluh tidak memiliki pengetahuan yang memadai “dinia” sekolah anaknya mulai dari membentuk anaknya dalam memahami mata pelajaran yang terlalu “canggih” sampai perkembangan psikologi anak.
Acara itu memang saya “dedikasikan” dalam rangka membantu sekolah untuk sosialisasi tentang peran aktif orang tua mendampingi anak belajar di rumah dan menggugah kesadaran mereka untuk meningkatkan kepedulian terhadap pendidikan anak di sekolah sekaligus mencegah anak putus sekolah karena ketidak pahaman orang tua tentang arti penting pendidikan.
Mengingat sasaran acara ini adalah masyarakat kelas status ekonomi sosial menengah ke bawah yang masih awam tentang “seminar”, maka saya, Rapendik dan pendukung lainnya sepakat tidak menarik biaya untuk peserta dan sekolah. Dengan harapan akan banyak orang tua siswa yang hadir dan itu pun terbukti seminar selalu penuh peserta.
Selaku pembicara untuk bisa beradaptasi denga peserta bahasa yang saya gunakan adalah bahasa yang sudah dimengerti, tidak terlalu ilmiah dan lebih banyak memberikan contoh kasus yang mereka hadapi sehari – hari. Sehingga durasi waktu seminar dua jam tanpa terasa telah terlewati dengan dialog interaktif dan tanya jawab seperti antara kakak beradik saya mengambil peran pendekatan “mitra” belajar bersama. Dengan demikian mereka bersemangat untuk mengikuti acara itu dan tidak jarang saya “over time” untuk melayani menjawab pertanyaan mereka. Agar mereka puas dan mengerti tentang tugas mereka sebgai orang tua siswa.
Saya mengamati para peserta begitu antusias mengikuti tahap demi tahap “slide” yang saya paparkan melalui OHP, kelihatan sekali mereka menikmati informasi yang benar – benar baru baginya. Dari mulai pengenalan tahap berpikir anak usia sekolah, problematic pembelajaran, kondisi keluarga, syarat penunjang keberhasilan, hubungan yang harmonis orang tua dan guru, tantangan dunia pendidikan di masa depan dan sebagainya.
Banyak orang tua yang baru menyadari tentang komplesitas yang mereka hadapi tentang dunia pendidikan anak di sekolah mengingat selama ini menurut kata beebrapa kepala sekolah, orang tua siswa kurang memiliki kepedulian tentang kepentingan anak di sekolah. Tidak jarang seorang kepala sekolah dan guru harus merayu siswa agar mau dan diijinkan orang tua untuk bersekolah dengan mendatangi rumah mereka yang sudah lama tidak masuk kelas tanpa pemberitahuan. Penyebab siswa “bolos” bisa bermacam – macam seperti jaga adik di rumah, tidak ada uang saku sampai membantu perekonomian keluarga dan sebagainya. Pada dasarnya orang tua tidak dapat melihat arti pentingnya manfaat bersekolah.
Alasan ekonomi memang penyebab mereka enggan ke sekolah namun program wajar (wajib belajar) 12 tahun yang digagas Dinas Pendidikan Jawa Timur tentu telah dilengkapi saran dan prasarana guna mewujudkan keberhasilan programnya termasuk bebas biaya bagi siswa miskin. Faktor ekonomi sering dijadikan “kambing hitam” untuk melarang anak pergi sekolah, namun jika saja mereka menyadari arti pendidikan maka pasti berjuang agar anaknya tetap sekolah demi masa depan mereka dan anaknya.
Dalam hal ini “penyuluhan” harus dilakukan secara rutin berkesinambungan agar proses kegiatan belajar mengajar menjadi optimal. Dan sekolah memang tidak memiliki rencana untuk menyusun program “edukasi” orang tua siswa sekolah terlalu disibukkan oleh urusan “dapur” sendiri. Karena itu program sekolah saya merupakan pertama kali di sekolah itu dan membawa manfaat besar untuk sekolah dan orang tua siswa. Setidaknya menurut pengakuan mereka yang mulai merencanakan “pendidikan” itu untuk periode selanjutnya. Jika persoalan ekonomi penyebab turunnya partisipasi sekolah seorang guru harus menjadi sosok yang dapat dipercaya dapat mengayomi mereka untuk bisa membantu memecahkan masalah yang dihadapi siswa tanpa membuat mereka kehilangan harga dirinya. Dengan demikian orang tua diharapkan lebih mengutamakan kepentingan pendidikan anaknya melalui sekolah mengingat kemampuan mereka dalam mendidik anak secara “mandiri” tidak memungkinkan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kiat Menjadi Guru Profesional Abad 21 (Tuntutan Kurikulum 2013)

Penyebab siswa tak menghargai gurunya dan solusinya..!

PROPHET LEADERSHIP: PEJABAT AMANAH SOLUSI UMAT