GURU PROFESIONAL, IDEAL DAN FAVORIT, IDOLA SISWA
Saat seorang guru mengajar dikelas, sudah bukan saatnya berpikir bagaimana materi pelajaran harus selesai tepat waktu. Jauh dibalik itu, mereka harus berpikir bagaimana tampil “berkesan” dihadapan siswa.
Selama periode siswa berinteraksi dengan guru, belum tentu hanya satu jenis metode pendekatan yang bisa dilakukan agar siswa menguasai pelajaran tapi segala macam pendekatan bisa dilakukan.
Mengajar yang hanya ditujukan untuk “menjejali” pengetahuan guna membuat anak menghapal pelajaran, misalnya. Hal itu sebagai kegiatan belajar mengajar yang sulit dicerna, mengingat beragamnya siswa dalam kognitip (IQ) dan daya serap. Karena itu mengajar secara “pukul rata” kepada semua siswa tanpa membedakan dalam hal perilaku (motivasi) belajar, bisa dianggap membuang waktu belajar. Siswa harus dianggap sebagai mitra dalam proses kegiatan belajar mengajar (KBM).
Seorang guru yang diidolakan setiap siswa dapat membedakan kategori siswa yang harus dibedakan satu dengan yang lain.
Siswa “cerdas” adalah anak yang pada saat proses belajar, cepat menguasai pelajaran tanpa memerlukan waktu lama dan penjelasan panjang.
Sedangkan siswa yang membutuhkan waktu lama untuk menguasai materi pelajaran yang diberikan, guru harus dapat membedakannya lagi.
Yang paling besar kemungkinan capat pelajaran sering disebut siswa pintar, IQnya diatas rata – rata. Inilah siswa yang dengan “sedikit” penjelasan dapat segera mengerti.
Siswa “karep” anak yang tidak yang begitu pintar dan cerdas namun memiliki semangat belajar tinggi adalah siswa yang masih butuh “perjuangan” guru agar bisa mengerti.
Lebih jauh lagi adalah anak malas, enggan melakukan kegiatan karena kurang motivasi dibutuhkan kegigihan “berjuang” guru supaya berminat untuk belajar lebih giat.
Ketegori terakhir adalah anak “masa bodoh” yang seringkali membuat sakit hati guru.
Maka perjuangan dan pengorbanan disertai kesabaran guru sangat dibutuhkan agar mengerti kemauan mereka. Nah, kalau guru dapat melihat kategori siswa seperti itu makin disadari bahwa mengajar dengan “pukul rata” atau menyajikan nmateri secara umum tanpa memperhatikan perbedaan individu. Disinilah terletak ketidak efektifan dari usaha kegiatan belajar mengajar (KBM) tersebut. Padahal siswa masa bodoh merupakan kategori anak yang memerlukan pendekatan lebih pribadi, agar memiliki kepedulian pada tugas belajarnya, sebelum dijejali berbagai materi pelajaran.
Sedangkan pendekatan yang harus dikomunikasikan pada anak cerdas, pintar, karep dan malas juga berbeda.
Pada anak cerdas, usaha untuk mengasah rasa ingin tahu anak dan eksplorasi pengetahuan dengan cara memberikan tugas untuk menganalisa sebuah fenomena pada materi pengetahuan yang bersangkutan adalah hal yang disukai.
Program mencari, menemukan dan memecahkan symbol atau rumus merupakan contoh yang baik bagi anak pintar. Dengan demikian anak tertantang mengasah otak untuk menyelesaikan permasalahan.
Menggali informasi dan sumber data adalah upaya yang pas bagi anak “karep” karena mereka akan belajar dengan cara menemukan sendiri pengetahuan.
Demikian juga bagi anak malas, tugas guru untuk mengetahui alasan mengapa mereka enggan menyelesaikan tugasnya akan membutuhkan efektif kewajiban macam apa yang layak diberikan kepadanya.
Dengan melakukan komunikasi dan cara pendekatan berbeda seperti itu, maka “waktu dan energi” kegiatan belajar mengajar (KBM) bisa dikeluarkan lebih accountable dan lebih dapat dipertanggungjawabkan.
Sekedar menekankan “target kurikulum” pada semua siswa kategori, siswa sulit belajar dengan hasil optimal. Selain itu “perlakuan” yang sama kepada semua siswa tidak akan bisa menimbulkan semangat, kompetensi dan kesetiaan.
Padahal usaha memberdayakan siswa yang paling mudah adalah kepada anak yang mempercayai dan menyukai gurunya. Karena itulah, salah satu kesalahan “terbesar” di dalam mengajar adalah mengejar target kurikulum tanpa komunikasi pendekatan pribadi siswa.
Di sisi lain, anak yang menyukai dan mempercayai gurunya (favorit) kurang mendapat perhatian. Padahal, mereka ini sudah mengetahui secara tepat kinerja guru dan pengaruhnya bagi siswa.
Mengejar target kurikulum tanpa memikirkan bagaimana “merengkuh” hati mereka adalah sama dengan menganggap siswa hanya sebagai obyek pembelajaran dalam situasi seperti ini, hubungan lebih lanjut sulit terkelola dengan baik.
Konsep guru professional, ideal dan favorit sebagai idola siswa berdasarkan upaya untuk mempertahankan “kesan tak terlupakan” seumur hidup siswa dalam menempuh pendidikan selama di sekolah.
Hal ini dapat dicapai lewat beberapa hal :
Pertama, Professional terukur dari keahlian, etos kerja, kesungguhan dan hasil optimal. Karena itulah dalam situasi kompetisi dan tantangan dunia pendidikan semakin meningkat. Guru perlu meningkatkan kompetensi hingga menjadi ahli (expert) dan bukan sekedar mengejar sertifikat untuk porto folio kenaikan tunjangan.
Kedua, Favorit dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti yang diharapkan yang disukai yang dikagumi, kesayangan dan paling digemari.
Kebutuhan siswa dalam belajar di sekolah tidak pernah tetap dari tahun ke tahun, karena situasi lingkungan maupun kondisi psikologisnya. Karena itulah, komtensi siswa dalam menguasai materi pelajaran hanya bisa terasah apabila gur memiliki data dan informasi untuk melakukan pendekatan pribadi terhadap perilaku kebutuhan siswa. Kalau tidak rasa hormatsiswa bisa hilang dan semangat belajar turun.
Ketiga, Ideal mengandung arti sesuai dengan yang dicita – citakan atau diharapkan. Hampir semua orang tua mempercayakan pendidikan anaknya kepada sekolah yang diasuh oleh para guru. Tidak jarang mereka membandingkan tentang citra pelayanan pendidikan mempermudah untuk memilih sekolah yang layak bagi anak.
Komunikasi erat yang berkelanjutan antara guru, siswa dan orang tua / wali murid harus dilakukan guna menghindari kesalahan yang berakibat turunnya citra guru.
Keterdekatan pribadi dan komunikasi efektif antara guru, siswa dan orang tua / wali murid bila terlaksana maka semakin diketahui apa yang sebenarnya menjadi kendala dan tantangan pendidikan setiap anak. Pada akhirnya guru professional, ideal dan favorit adalah idola setiap siswa, semoga.
Komentar
Posting Komentar