IKUTILAH JEJAK SANG NABI, WAHAI GURU ! Hari Santoso

Mencermati jejak Sang Nabi dalam mempengaruhi umatnya untuk meyakini kebenaran ajaran Tuhan selalu dimulai dari sifat mulia dan perilaku yang patut diteladani. Artinya Sang Nabi diterima terlebih dahulu pribadinya baru selanjutnya ajarannya.

Menggunakan “paradigma” Sang Nabi untuk menarik minat belajar siswa. Para guru patut mempelajari dan mempraktekkannya, karena Sang Nabi sudah terbukti mempunyai kekuatan pengaruh yang luar biasa besar diikuti umat yang tak terhitung jumlahnya hingga kini.

Dalam dunia pendidikan, konsep dan kurikulum secanggih apapun tidak akan maksimal hasilnya apabila tidak di dukung SDM yang punya “produktifitas” tinggi, terutama guru yang langsung berhadapan dengan siswa.

Guru memegang peranan penting dalam membangun semangat belajar siswa. Kemampuan guru mengenali motivasi belajar siswa utamanya melalui daya tarik sifat dan perilaku guru yang di “idolakan” siswa mutlak harus dikuasai.

Beberapa komponen sifat dan perilaku Sang Nabi yang patut diteladani dan dikembangkan guru sebagai berikut :

1.Kesan Cerdas Dan Dapat Dipercaya

Siswa amat mengidolakan guru yang dapat menampilkan “kesan” cerdas dan dapat dipercaya. Kesan ini meliputi kecakapan penguasaan materi, keterampilan belajar dan mengajar, empati dan penampilan fisik.

Saat ini “kemerdekaan” dan daya berpikir kritis siswa meningkat tajam maka “penampilan” yang tampak sangat mengagumkan mutlak diperlukan untuk menarik simpati siswa. Karena itu “kemasan” cara belajar dan mengajar lantas memegang peranan sangat penting, baik dalam “menguasai” kelas beserta isinya maupun merebut hati dan pikiran siswanya.

Bahkan sudah terbukti sering “kemasan” Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) bisa dijadikan keunggulan pendekatan meraih favorit yang dipilih siswa.

2.Kecerdasan Emosi

Siswa tidak menyukai guru yang berkata kasar, otoriter, galak, mau menang sendiri, cerewet apalagi kekerasan fisik. Guru semacam ini pasti dijauhi dan hanya perasaan terpaksa yang dimiliki siswa mengikuti pelajaran yang diberikan.

Sebaliknya siswa mudah mencerna pelajaran jika guru yang mengajarnya sabar, perhatian, disiplin, adil, humoris, cantik / tampan, supel dan bisa mengerti kondisi siswa. Salah satu faktor yang memegang peranan penting disini adalah kecerdasan emosi guru, berkaitan dengan adanya pengetahuan dan keterampilan untuk mengenali karakteristik belajar siswa.

Walaupun sudah diketahui bahwa banyak guru senior yang cukup berpengalaman dalam menghadapi siswa karena lamanya bekerja. Kalau mereka tidak meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam menguasai psikologi pendidikan dan psikologi perkembangan terkini, hal tersebut tidak dapat terlaksana dengan optimal mengingat perubahan cara belajar siswa dan trend gaya hidup mereka.

Tingkat kecerdasan emosi yang memadai “dilengkapi” dengan penguasaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) akan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi siswa. Seringkali siswa justru betah berlama – lama untuk belajar bersaam gurunya.

3.Peduli Kebutuhan Belajar Siswa

Siswa akan merasa nyaman bil kebutuhan psikologinya bisa terpenuhi semakin tinggi kreatifitas siswa semakin tinggi “tuntutan” yang diminta. Tuntutan yang makin tinggi berarti “ketulusan” guru untuk peduli kebutuhan belajar siswa menjadi semakin tinggi pula. Seorang guru harus mampu “mengukur” tingkat efektifitas untuk pemenuhan kebutuhan tersebut.

Di dalam memenuhi hal tersebut, seorang guru tidak boleh terpaku hanya pada “paradigma” sendiri dalam melayani pendidikan setiap siswa karena belum tentu menjamin suatu kegiatan belajar mengajar yang memadai untuk siswa tersebut.

Peduli kebutuhan belajar siswa menunjukkan kemampuan guru melakukan tugasnya secara cermat dan tepat “kami sanggup membangkitkan potensi terpendam dalam diri siswa”. Itulah motto yang ingin dikomunikasikan kepada masyarakat.

Seorang guru yang gampang “meremehkan” kreatifitas siswa akan mudah dicela siswa, orang tua dan masyarakat sebagai guru yang tidak professional.

4.Bertanggung Jawab

Tanggung jawab guru dalam mengemban profesionalitas, mencerminkn ketulusan guru untuk membantu siswa dalam menghadapi kesulitan belajar dan memberikan “pengabdian” terbaiknya untuk keberhasilan belajar siswa meraih masa depan. Jika ada suatu kendala bagi siswa dalam kegiatan belajar si guru secara sungguh – sungguh ingin membantu pemecahannya.

Jika hanya mengandalkan pemanggilan orang tua / wali murid untuk menyerahkan kembali siswa yang mengalami kesulitan belajarnya. Justru membunuh potensi besar dalam diri siswa. Ingat kasus kesalahan besar guru mengeluarkan Thomas Alfa Edison dari sekolah.

Karena itu “melu handarbeni dan melu hangrungkepi” rasa memiliki dan rasa bertanggung jawab harus muncul dari lubuk hati yang terdalam dan menjadi bagian hidup pengabdian guru bukan karena sekedar menggugurkan kewajiban dari pekerjaannya.

5.Tidak Mempersulit

Siswa yang mengalami kesulitan berhubungan dengan gurunya apalagi jika mengalami persoalan dikarenakan guru sengaja menghindar akan membuat mereka kecewa, mengingat permasalahan yang dihadapi sisw sangat kompleks sebab – akibatnya dan membutuhkan pemecahan segera. Kalau untuk menyampaikan keluhan saja dipersulit bagaimana persoalan bisa selesai. Karena itu guru harus bisa menyediakan waktu untuk menjadi sahabat siswa tempat “curhat” bagi yang bermasalah, tidak perlu menunggu demo. Sikap ini tidak berarti menuruti semua kemauan siswa terutama yang tidak mungkin terpenuhi, setidaknya guru harus menunjukkan bahwa dirinya tidak “ingin mempersulit” persoalan siswa dari sudut pandang mereka.

Dengan berbekal mengikuti jejak Sang Nabi dalam mempengaruhi umatnya diharapkan guru dapat meningkatkan efektifitas Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) untuk beberapa keuntungan :

Pertama, supaya sosok guru sebagai pribadi bisa diterima, dihormati dan ditatati perintahnya.

Kedua, kehadiran guru selalu dinantikan dan ditunggu informasi terbaru untuk kegiatan mengajarnya. Sehingga bisa meningkatkan kegairahan siswa belajar.

Ketiga, guru bisa menjadi yang paling disukai dan disegani di sekolah. Sehingga mempermudah tegaknya kedisiplinan dan terwujudnya misi sekolah.

Keempat, membangu minat dan semangat belajar siswa. Dengan sifat dan perilaku it, daya serap belajar siswa lebih besar sehingga siswa lebih mudah menguasai pelajaran.

Kelima, kepentinga siswa dapat terakomodasi, karena guru dianggap yang paling dapat dimengerti siswa. Sehingga tidak perlu demo untuk menyampaikan aspirasi dan dapat menimbulkan perasaan aman dan nyaman dalam diri siswa.

Keenam, siswa dapat memacu kreatifitasnya menjadi karya yang mengagumkan yang bisa membawa nama baik diri sendiri, sekolah dan bangsanya.

Ketujuh, setiap siswa akan memiliki keyakinan dan kebanggaan terhadap kegiatan persekolahan dengan demikian dapat meningkatkan partisipasi anak untuk sekolah.

Apabila ketujuh keuntungan tersebut bisa terwujud maka semakin cepat daya manusia yang berkualitas dihasilkan sekolah.

Kalau hal itu terjadi berarti guru telah berhasil mengikuti jejak Sang Nabi, semoga.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kiat Menjadi Guru Profesional Abad 21 (Tuntutan Kurikulum 2013)

Penyebab siswa tak menghargai gurunya dan solusinya..!

PROPHET LEADERSHIP: PEJABAT AMANAH SOLUSI UMAT