Jebakan Mental Penghambat Perubahan Kurikulum . (Tinjauan Perilaku Organisasi)
Seperti biasa setiap perubahan kurikulum selalu
menghasilkan kontroversi di semua pihak mulai dari praktisi sampai opini para
pakar. Namun karena kami sebagai guru
yang notabene hanya pelaksana tentu
tidak kuasa menolak kebijakan yang sudah menjadi ketetapan. Lantas apa saja
yang mesti kami lakukan,kank...?
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga,
padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu
sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta
digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang
yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?"
Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. QS Al Baqarah 214
bagaimana implementasinya;
Pada dasarnya setiap perubahan kebijakan membawa
dampak pada perilaku dan proses aktivitas sebuah organisasi ,jika itu dalam
kurikulum maka dampak pada administrasi pembelajaran seperti buku paket yang
harus disesuaikan dengan tuntutan kurikulum dan rapor sebagai hasil evaluasi pembelajaran
.Sedangkan pada aspek perilaku menuntut para guru untuk dapat beradaptasi dan
menjalankan tuntutan kurikulum yang baru. Sebagai syarat perubahan kurikulum
agar dapat diterima ada beberapa hal
yang patut diperhatikan :
Pertama, Pergantian kurikulum bukan sekedar pemanis bibir (lips service )
Ungkapan:” ganti menteri ganti kurikulum “ adalah
persepsi skeptis masyarakat terhadap kebijakan pemerintah yang dianggap tidak berdasar pada kondisi
riil yang dihadapi sekolah mereka. Tidak jarang
perubahan kurikulum dianggap sebagai sekedar mengganti sebuah kebijakan
saja,menutupi citra negatif,reputasi buruk,atau kegagalan produk pendidikan. Karena
itu proses perubahan kurikulum semestinya bukan hanya persoalan sosialisasi
namun juga mencakup kelengkapan sarana dan prasarana serta kesiapan sumber daya
manusianya.
Kedua ,Sosialisasi Harus Berbasis Sumber Daya
Setempat
Peluncuran kurikulum
baru harus berbasis sumber daya setempat jika perlu dilakukan penelitian yang memadai melalui Study kelayakan atau need analysis .Sehingga kelayakan buat sekolah ,jenjang satuan
pendidikan dan diversitas menjadi titik yang berimbang guna efektivitas pelaksanaan
kurikulum yang bakal di terapkan .
Ketiga : Bangun
Persepsi Perubahan Kurikulum sebagai Perbaikan Mutu Pendidikan.
Mengingat bahwa perubahan itu biasanya menghasilkan “penolakan “baik
secara mental maupun sikap dan perilaku sehingga bisa berakhir menjadi tidak
efektif dalam pelaksanaan. Maka kesan bahwa kurikulum yang baru itu sebagai
upaya perbaikan mutu kurikulum yang sebelumnya,lebih mudah diterapkan ,lebih gampang diingat ,lebih
singkat ,jelas dan tidak ribet serta membela kepentingan terbaik peserta didik
harus menjadi pilar utama Strategi
Publikasi Kemendikbud.
Proses perubahan kurikulum memang memerlukan “biaya”
dan pemikiran yang tidak murah dan mudah serta tidak boleh instan. Meskipun
demikian hasil suatu perubahan seperti dua sisi mata uang kalau tidak sukses ya
gagal. Guna
mengatasi kegagalan itu ada beberapa hal yang perlu dilakukan.
Pertama : Setiap
guru mesti memiliki persepsi positif .
Peran sosialisasi dan publikasi dalam hal ini peran Humas Kemendikbud harus memanfaatkan
media massa sebagai media komunikasi “pemasaran
“ efektivitas perubahan kurikulum secara berkesinambungan dan dialogis
.Sehingga opini masyarakat terutama para guru sebagai pelaksana harian
kurikulum dapat terbangun positif .
Kedua ,Bukan Sekedar
Ganti Kurikulum Tapi Perbaikan Mutu Kurikulum
Pada umumnya mendengar kata penggantian ,maka persepsi
yang terbangun adalah mengganti semua yang ada dan mengabaikan semua hasil yang telah dicapai.
Dengan menggunakan kata memperbaiki mutu maka persepsi
yang terbangun adalah mempertahankan hasil baik yang telah dicapai dan menambah dengan sesuatu
yang baru agar menjadi lebih baik akan
membuat persepsi di benak pelaksana “ tidak
ada yang perlu dihapus atau diabaikan hanya perlu menambah yang sudah ada “.
Ketiga , Gunakan Role Model
Menggunakan contoh sekolah atau satuan pendidikan yang
sudah memahami dan dapat melaksanakan dengan baik hingga berhasil atas
pelaksanaan kurikulum akan memperkuat keyakinan bahwa tidak ada yang sulit dan perlu
ditakuti akan adanya perubahan kurikulum .Sekaligus sekolah bersangkutan dapat
belajar secara langsung terhadap keberhasilan sekolah yang telah melaksanakan kurikulum
tersebut,sebagai transfer of knowledge
and transfer of experiences .
Meskipun tentu saja harus memperhitungkan diversity ,antropologi budaya masyarakat
setempat,kelengkapan sarana dan prasarana ,mutu SDM dan tentu saja integrity
and citra role model tersebut harus kredibel.
Bagaimana pun tidak ada kepentingan yang lebih utama atas
perubahan kurikulum kecuali kepentingan terbaik anak bangsa...!
Dengan adnya perubahan Kurikulim Tuntutan Kompetensi Guru semakin terasa berat, namun apakah Karakter yg akan diberikan Guru kpd siswa hanya sebatas perubahan kurikulum semata..??
BalasHapus