5 Langkah Pendidik Membangun Karakter Remaja Beriman dan Sukses Masa Depan ( Contoh Pengamalan Sila Ke I butir 1)-1
Ilustrasi, MOMO INDIE model berbakat Surabaya |
Siapa
pun orang tuanya pasti sependapat bahwa
karakter remaja beriman sangat
mendukung kesuksesan dan kebahagiaan remaja sendiri di masa depan. Sedangkan membangun remaja
berkarakter iman adalah sebuah proses pembiasaan dan pengkondisian berdasarkan persepsi, keteladanan, dan
keyakinan dari iman itu sendiri. Para remaja berharap mendapatkan pengalaman batin, mutu kebahagian
dan kualitas hidup yang lebih baik, setiap kali menjalani ibadah sesuai
keimanannya.
Maka dari
itu peran pendidik (orang tua /guru) bertanggung jawab untuk internalisasi
karakter yaitu persepsi iman dan kebanggaan menjalankan ibadah. Sebagaimana butir 1 Sila Ke Satu yakni: Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Kunci sukses seorang pendidik dalam membangun karakter ditentukan goodwill nya ,keteladanan memperkenalkan nilai nilai luhur dan menjadikan kebiasaan kebiasaan hidup beribadah sebagai integritas, identitas akhlak dan kemanfataan bagi lingkungan.
Kunci sukses seorang pendidik dalam membangun karakter ditentukan goodwill nya ,keteladanan memperkenalkan nilai nilai luhur dan menjadikan kebiasaan kebiasaan hidup beribadah sebagai integritas, identitas akhlak dan kemanfataan bagi lingkungan.
“Hai
orang orang beriman , mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat ?,
Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa apa yang kamu
tidak kerjakan (QS. Ash Shaf (61): 2-3)
Berikut
lima langkah pendidik dalam menyusun strategi membangun karakter remaja
beriman:
1.
KOMUNIKASIKAN MAKNA IMAN SECARA SEDERHANA ,
MENYENANGKAN DAN MUDAH DILAKSANAKAN.
Seorang
pendidik harus memiliki kompetensi
komunikasi (communication skill) tentang
arti iman secara jelas. Banyak para pendidik yang menterjemahkan iman hanya
sebagai pengetahuan dengan memberikan ceramah focus pada remaja, sedangkan
remaja tidak terlalu suka jika menjadi objek ceramah. Setiap perintah ibadah
biasanya memiliki
maksud dan tujuan dari pelaksanaannya. Keteladan dan contoh kongkrit
dari pendidiknya adalah identitas pertama yang disaksikan remaja, apalagi jika
sekedar “Jarkoni(iso ujar ora iso
nglakoni)” , bisa berbicara tanpa memberi contoh kongkrit. Dapat dipastikan akan membuat
remaja tidak menghargai apapun upaya memperkenalkan nilai iman. Jika remaja sudah memahami maksud dan tujuan dari ibadah maka mereka
menjalan perintah agamanya secar suka rela. Sedangkan untuk internalisasi nilai
nilai iman bagi remaja , mereka harus mendapatkan contoh kongkrit, pengalaman
menyenangkan, persaaan yang lebih baik setiap kali mereka menjalankan ibadah
sehari hari.
2.
AKHLAK LEBIH UTAMA DARIPADA SEJUMLAH ATURAN
DOGMATIS
Indikator
iman adalah kualitas akhlak yang baik dimana akhlak menentukan mutu manusia
diantara manusia laiinya (social intelligence) . Kriteria kriteria akhlak yang
baik misalnya kejujuran, kebaikan , keadilan
kebijaksanaan dalam berpikir berperasaan dan berperilaku semestinya
menjadi cermin bagi remaja dalam mengamalkan keimanannya. Sekaligus membangun
citra positif tentang makna iman bagi kehidupan mereka.
3.
JADIKAN KARAKTER ORANG BERIMAN SEBAGAI PENGALAMAN
YANG “MENANTANG” BAGI REMAJA
Pengalaman
yang mengagumkan bagi remaja dalam menjalankan nilai nilai keimanan adalah factor utama remaja berminat dan
termotivasi untuk tertantang
meningkatkan mutu keimanannya. Hal ini jelas akan membangun integritas dan
identitas mereka dalam mengamalkan nilai
nilai iman yang diyakininya (Bersambung),Kank Hari Santoso, Mentor Humas MBS
Pendidikan Karakter Indonesia,. #Papa Momo Indie Motivator Parenting Pendidikan
dari Surabaya.
Kank Hari Santoso, Ragam Pendidikan TVRI, SDN KOWEL III Pamekasan
Komentar
Posting Komentar