Orang Tua membanggakan "Kerapuhan ".


Orang tua yang membanggakan kelemahannya.

Julukan seorang anak bandel hanya akan membebani hidupnya, dikarenakan labeling itu dianggap sebagai kebenaran atas dirinya. Sehingga anak sepanjang hidupnya menjalani peran bandelnya. Orang tua kelimpungan semakin anak diteriaki bandel semakin bandellah dia. Akibatnya perang antar anak dan ortu tidak pernah selesai.

Ketika anak menolak untuk patuh, perhatikan apakah anak anak betul betul menolak kita karena benci atau sedang belum bisa menerima arti kepatuhan. Menolak disuruh membersihkan kamar tidurnya sendiri, bisa jadi hanya karena sedang ingin menundanya atau ada kegiatan lain yang lebih menarik hatinya.Bukan menolak lantaran benci kepada pribadi anda.

Ketidak patuhan anak bisa jadi lemahnya keteladanan orang tua,terutama dalam menjaga kesepakatan bersama tentang tugas –dan kewajiban anggota keluarga.Contoh tidak ada nya rasa hormat antara ayah dan ibu dapat memberikan contoh bagaimana anak belajar tidak menghormati kedua orang tuanya.

Dalam relasi ortu dan anak keterikatan emosi yang tidak erat bisa menjadi penyebab , anak enggan untuk patuh dengan rela. Tidak jarang orang tualah yang “bermasalah” bukan anaknya . Selanjutnya anak menjadi pelampiasan rasa sakit hati atau ketidak berdayaan diri menghadapi persoalannya sendiri.Inilah tipe orang tua yang membanggakan kelemahan dirinya.

Ciri ortu yang “membanggakan” kelemahan dirinya sendiri :

1. Orang tua berlindung dibalik ketiak anaknya dalam mengatasi ketidak berdayaan mengatasi rasa lemahnya.Selanjutnya untuk memperkuat eksistensi diri ,anak dijadikan kambing hitam dengan menyalahkannya.Inilah bentuk pembelajaran ketidakadilan yang diajarkan ortu kepada anak.Padahal betuk ktitik yang merusak bisa membuat anak merasa dirinya tidak dicintai , diakui dan dimengerti.Anak akan memiliki rasa bersalah berkelanjutan dan merasa dirinya tidak cukup berharga. Pada akhirnya anak tidak dapat menerima keadaan diri sendiri dan tidak mampu meneliti dirinya sendiri .

2. Perasaan tidak tentram dan damai pada diri orang tua membuat orang tua merasa tidak cukup berharga. Sampai akhirnya orang tua cenderung untuk tidak memiliki perasaan yang berhasil dan anak adalah penyebabnya. Perasaan tidak kompeten membunuh benih benih harapan dan upaya. Senantiasa merasa gagal dan kesulitan dalam hidup. Akibatnya anak tidak pernah belajar bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri.

3. Kita mengukur orang lain dengan menggunakan baju sendiri. Artinya penilaian kita terhadap orang lain lebih pada cermin diri dan bukan orang lain. Hukuman , penistaan , perilaku kasar dan menyakiti anak. Adalah cerminan orang orang yang “sakiT. Mereka melakukan intimidasi karena sedang mengahadapi kelemahan serta ketakutan yang besar. Dampaknya bagi anak jika dia sam pai gemetaran karena ketakutan atas intimidasi ortunya . Akan mengakumulasikan perasaan tidak berdaya , cemas dendam . Pada akhirnya ia menjadi pribadi yang peragu.

4. Anak dengan problem menanggung beban mental orang tuanya, akan terus dibayangi oleh ketakutan, kehilangan jati diri , putus harapan sampai pada akhirnya kehilangan atas keyakinan diri.

Orang tua yang rapuh jiwanya menggunakan cara cara keras dan kasar sebagai bentuk pengalihan kekecewaan atas diri sendiri.

Lantas apa yang harus ortu dilakukan untuk mengatasi problematika ini.

Pertama ,orang tua harus menyadari kesulitan yang dihadapi bukan lantaran keberadaan anak anak. Kesulitan ada semestinya meningkatkan derajat dan kualitas hidup sebagai orang tua.Jangan beri beban tanggung jawab anak anak dengan kesulitan yang diciptakan sendiri oleh orang tua. Ajari anak memahami kesulitan ini bukan lantaran keberadaannya . Melainkan tugas bersama untuk bisa rela menghadapinya.
Kedua , kebutuhan dasar psikologis anak , dicintai, diterima dan di hargai keberadaannya . Harus dapat diwujudkan melalui perhatian , kepedulian dan kasih sayang. Anak membutuhkan perlindungan terutama saat menghadapi persoalan.

Ketiga , anak butuh kejelasan keadaan nyata bukan cuma hiburan. Karena pada akhirnya anak memang menghadapi kenyataan hidupnya sendiri. Mengantarkan anak dalam menghadapi adaptasi diri, mendorong anak menguasai dan mengendalikan emosi . harus dirasakan sebagai cinta orang tua yang berkelanjutan.

Keempat, situasi apapun orang tua tidak boleh kehilangan rasa berkeadilan dan akal sehat. Dengan melemparkan kesalahan dan melampiaskan kemarahan kepada orang lain. Apalagi kepada anak yang kehadirannya sebagai buah hati.

Kelima,anak juga butuh untuk mengekspresikan suasana mental dan emosi mereka. Tugas ortu memberi ruang dan memperdulikannya sekaligus memberikan solusi.

Keenam, orang tua harus dapat menunjukan ekspresi cinta kepada anak sepanjang waktu. Guna menimbulkan perasaan aman dalam diri anak.

Kadang –kadang hasrat ingin menujukkan kekerasan hati merupakan cermin dari kerapuhan. Jangan mambanggakan kelemahan wahai orang tua , karena akan mencetak generasi yang rapuh dimasa depan. Bagaimana dengan anda ?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kiat Menjadi Guru Profesional Abad 21 (Tuntutan Kurikulum 2013)

Penyebab siswa tak menghargai gurunya dan solusinya..!

PROPHET LEADERSHIP: PEJABAT AMANAH SOLUSI UMAT