Manajemen Kehumasan Sekolah: 4 Kiat Sekolah Swasta Hindari Kebangkrutan (Sepi Peminat)
Sekolah bangkrut
mungkinkah..?, mengingatkan saya pada kejadian beberapa waktu lalu, saya
didatangi kepala sekolah , wkasek humas dan wakasek kurikulum untuk mendesain sebuah
workshop pengembangan SDM pendidik , dua minggu kedepan. Mereka bercerita
tentang tepatnya curhat tentang “kondisi” yang tidak kondusif di sekolahnya.
Oleh karena itu saya meminta waktu beberapa hari untuk “memotret” situasi dan
kondisi sekolah dengan menyebar angket kepada guru dan siswa, tujuannya sederhana
mengukur persepsi proses pembelajaran di sekolah bersangkutan. Sebelum workshop
berlangsung sekaligus materi kongret untuk perbaikan mutu kinerja.
Hasilnya mengejutkan
dari sisi guru ,
mereka hanya memandang bahwa tugas guru hanya menjalankan
tugas “mengajar” , semua siswa pada hakekatnya sama tidak ada yang memiliki
kompetensi istimewa, sarana parasana tidak lengkap, akan mempersiapkan diri
resign jika sekolah tutup dsb . Yang
mencerminkan apatis dan keluhan terhadap pentingnya meningkatkan mutu pelayanan
pendidikan.
Sedangkan dari sisi
siswa, ada banyak guru yang tidak menyenangkan, tidak menyukai perilaku guru
yang sok sokan, guru hanya pandai berkhotbah tanpa ada teladan kongkrit, tidak
menjadi lebih mudah jika belajar dengan gurunya, guru kurang bersahabat dsb.
Siswa cenderung memberikan penilian negative tentang perilaku guru dalam proses
pembelajaran.
Tentu saja hasil
angkat tersebut saya diskusikan dengan ketiga perangkat sekolah yang sudah
datang sebelumnya kepada saya, dengan berat hati saya mengatakan harus ada niat
kuat dari seluruh elemen sekolah ini jika sekolah tidak ingin kehabisan murid
dan akan bangkrut dalam tempo kurang dari lima
tahun. Dan saya berpesan agar
mereka segera menyusun pakta integritas kepada para guru dan admin untuk
memperbaiki mutu kinerjanya seusai workshop ini terselenggara.
Apa saja yang harus
dipertahankan agar tetap survive bahkan sukses menjadi pemenang dalam kompetisi
merebut minat peserta didik , berikut anjuran saya ;
Ilustrasi ; Kank Hari Ragam Pendidikan TVRI, "Keterlibatan Masyarakat Pada Pendidikan".
1. Ciptakan suatu
kebanggan terhadap lembaga pendidikan sehingga menarik bagi guru dan karyawan
untuk memberikan mutu kinerja terbaiknya. Peran yayasan , kepala sekolah ,
dinas pendidikan terkait, komite sekolah dan orang tua siswa merupakan unsur
yang kuat yang tidak boleh diabaikan begitu saja.
2. Perlu ditumbuhkan sense of ownership dan sense of responsibility agar setiap guru selaku pendidik memiliki
kepedulian yang tinggi terhadap kepentingan terbaik siswa , sekaligus tumbuh
rasa tanggung jawab terhadap kemajuan mutu pelayanan pendidikan pada lembaga sekolah bersangkutan.
3. Indeks kinerja
pendidik harus dikaitkan dengan kemampuan mengelola hubungan yang baik dengan
siswanya dan motivasi kepada peserta didik untuk meningkatkan peluang tumbuh
dan berkembang , daya serap, kompetensi, prestasi dan daya saing siswa. Salah satunya melalui berbagai kegiatan ektra kurikuler dan ajang kompetisi.
4. Mutu pelayanan
(minimal ) pendidikan bukan hanya sekedar kecukupan sarana dan prasarana
mengajar yang memadai dan guru yang bersertifikat pendidik . Melainkan juga
aspek sikap mental meliputi: perhatian terhadap peserta didik yang tinggi,
pembelajaran yang berorientasi meningkatkan daya serap dan kompetensi siswa
terhadap materi pelajaran, para guru yang dipercaya dan dihargai siswanya serta
kreatifitas, inovasi dan semangat guru dalam mendidik.
“Tak dapat dipungkiri bahwa persaingan sengit di dunia sekolah kian hari
kian menguat, disebabkan banyak factor. Maka jika ingin survive atau success
dalam memangkan persaingan sekolah harus mengelola pelayanan pendidikan secra professional
layaknya mengelola sebuah corporate. Karena pendidikan bermutu juga dipandang
sebagai lahan bisnis bagi investor”. Kank Hari Motivator Kehumasan Sekolah
Dan Pendidikan Karakter Indonesia #
Presiden RI Bapak Joko Wi # Kemdikbud #l Australian education # Malaysian
education
Komentar
Posting Komentar