Pendidikan Karakter Melalui Pengalaman Belajar



“Umar bin Abu Salamah menceritakan pengalaman masa kecilnya :” ketika akau masih kecil aku berada dalam pangkuan Rosul SAW dan tanganku menjalar kemana mana diatas nampan berisi makanan. Maka Rosul Saw bersabda kepadaku :”hai anak muda,sebutlah nama Allah, makanlah denagan tangan kananmu dan makanlah dengan yang ada di dekatmu”.

Maka senantiasa seperti itulah cara makanku sesudahnya (Bukhari ,Kitabul Ath’imah )


Dari “Abdullah bin Mas’ud, ia berkata kepada para bapak tentang bagaimana memperlakukan anak (membangun karakter anak ) mereka :” biasakanlah mereka dengan perbuatan baik karena sesungguhnya kebaikan itu dengan membiasakannnya’. (At – Tarbiyah An –Nabawiyah lith –Thifli )

Saat ini model pembelajaran yang lebih mudah dikenang oleh anak adalah dengan memberikan pengalaman menyenangkan bagi anak agar dapat dikenang sepanjang masa atau the age of experience.Pengalaman belajar akan membuat anak merasakan dan mengalami sendiri proses belajarnya sehingga menjadi pengalaman yang tak terlupakan.demikian juga dalam pembangunan karakter siswa.

Saya senang kemarin saat bakti sosial diberikan kesempatan memberikan bingkisan secara langsung kepada yatim piatu oleh sekolah ,saya sampai menitikkan air mata. Betapa bahagianya memiliki orang tua lengkap’. Ini adalah contoh tentang anak belajar tentang emphatic.

Pengetahuan dibangun melalui transfer ilmu tetapi nilai nilai hidup dibangun dari pengalaman belajar sehaingga menjadi memori yang melekat pada siswa. Pada dasarnya ada tiga tujuan memberikan kesempatan pengalaman belajar siswa: membuktikan pengetahuan yang dimilikinya, mengalami sendiri proses belajarnya dan mengasah afeksinya sehigga memiliki emphati.


Mengkomunkasikan nilai nilai kehidupan tidak cukup hanya melalui pembelajaran dikelas namun harus dapat menciptakan pengalaman bagi anak melalui interaksi langsung. Sehingga anak menyadari arti penting tentang nilai nilai hidup yang akan diajarkan.


Pemberian pujian dan penghargaan siswa atas perilaku positif yang dilakukannya lebih efektif daripada mengancam mereka dengan ancaman hukuman.Buatlah ukuran perilaku yang akan dikembangkan jadikan ajang kompetisi secara periodik. Baik secara individu maupun team maka kebiasaan baik itu akan menjadi system nilai di sekolah anda. Tentu saja dimulai dari keteladanan kepala sekolah dan guru. Mulai dari kebiasaan yang ingin dikembangkan di sekolah misalnya kebersihan . Agar program itu maka pengurus sekolah harus memperkuat interaktif dari people ,process and place. Artinya people adalah setiap pribadi disekolah itu harus menjadi pelopor kebersihan minimal saat berada di wilayahnya , process kebersihan harus berkesinambungan . places mencipatakan kebersihan disegala sudut ruangan sekolah.Kebersihan bukan jargon juga bukan tampilan luar.

Dalam pedidikan efektifitas pembelajaran adalah melalui keteladanan,ing ngarso sung tuladha, guru sepatutnya dapat digugu dan ditiru. Artinya seorang guru yang ingin menanamkan nilai nilai karakter yang akan dikembangkan tidak cukup hanya mengajarkan teori tetapi harus disertai personalisasi. Secara pribadi dapat memberi contoh,membiasakan dan memotivasi siswanya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kiat Menjadi Guru Profesional Abad 21 (Tuntutan Kurikulum 2013)

Penyebab siswa tak menghargai gurunya dan solusinya..!

PROPHET LEADERSHIP: PEJABAT AMANAH SOLUSI UMAT