Karakter Komunikasi Pembelajaran 2. “ Doctor of Teaching “,Kecakapan Diagnosis Bagi Seorang Guru Dalam KBM”


Karakter Komunikasi Pembelajaran 2.

“ Doctor of Teaching “,Kecakapan Diagnosis Bagi Seorang Guru Dalam KBM”



Setelah selesai memberikan Materi” Soul Of Parenting’ dalam workshop internal bagi guru dan staff disebuah sekolah favorit.Saya mendapatkan keluhan dari Wakasek Kurikulum dan Kepala Sekolah bersangkutan bahwa beberapa siswanya yang tidak lulus ternyata IQ nya memang sedikit kurang dan memang akan sangat kesulitan menggunakan Ujian Nasional sebagai alat ukur evaluasi akhir kegiatan belajar di sekolah itu.”kami tidak bermaksud excuse loh kank !,karena rujukan dari test psikologinya memang mengindikasikan demikian”.

Kejadian serupa juga saya dapatkan pada saat saya Road Show Smart Parenting Go to School Di SD kawasan Surabaya timur.Pada sesi tanya jawab ,saya mendapatkan “keluhan “ seorang wali kelas yang mengatakan siswanya kelas VI kelewat pendiam dan hanya mau berbicara dengan ibunya saja Sehingga dalam kegiatan belajar dikelas guru sulit membangkitkan keterlibatan siswa .”Padahal kank dalam ujian akhir sekolah bukankah evaluasi belajar siswa ,itu kan kognitif,afektif dan psikomotorik.Terutama dalam Pelajaran Bahasa Indonesia, kan tidak Cuma mendengar dan menulis tapi membaca dan berbicara..jadi apa yang harus saya lakukan orang tuanya beranggapan anaknya normal normal saja kank ?”.Dari bisik bisik peserta seminar kejadian ini dimulai sejak siswa bersangkutan kelas satu.

Seringkali kita temui siswa sudah dalam keadaan “akut “ justru pada proses akhir kegiatan belajarnya bukan “ditemukan”,pada tiap jenjang kelas yang dilaluinya. Terutama di SD ,para wali kelas senantiasa meloloskan siswanya sekan tabu tidak menaikan kelas apabila siswa tidak dianggap terlalu nakal ,meskipun bermasalah dengan kepantasan kompentensi akademiknya . Sangat banyak guru kelas VI yang kewalahan justru siswanya ‘benar benar tidak siap untuk ikuti Ujian Akhir !.

Sedangkan Pada tingkat jenjang satuan pendidikan berikutnya rujukan personal assement siswa atau test psikologinya semestinya dapat menentukan strategi yang tepat kepada siswa yang memerlukan approach tersendiri.Sehingga tidak kewlahan saat menjelang Ujian Nasional ,ketidak mampuan aparatur sekolah melihat dan menerima kondisi siswa sebenarnya merupakan proses “Denial”,parent & student who think they are healthy ,but whose teacher knows that is not true”.


Kecakapan seorang guru sebagai “dokter’ dalam mendiagnosis siswanya akan sangat berguna bagi pengenalan ragam kompetensi siswa dalam mata pelajaran.Sekaligus dapat digunakan sebagai sarana pemetaan tingkat pengayaan dan pendalaman materi yang dapat diberikan kepada siswa.terutama dalam evaluasi kegiatan belajar siswa ,maka penulurusan/diagnosis kepada siswa meliputi :

Pertama ,History Questions,seorang dokter biasanya meminta pasien untuk menceritakan kronologi keluhan terhadap penyakitnya.Dalam mengevaluasi problem belajar siswa seorang guru patut memahami asal asul /sejarah sebelum problem itu terjadi. Dimulai dari aspek kognitif ,nilai raport semestinya mencerminkan tingkat kepantasan kognitif siswa untuk dapat melanjutkan kejenjang berikutnya . Dengan demikian factor daya serap kognitif siswa dapat terdeteksi sejak dini. Factor afektif lebih tepatnya pengalaman psikologis siswa dalam keluarga atau selama dalam KBM.Dan factor perilakau siswa yang merupakan kombinasi factor biologis dan stimulasi lingkungan.

Kedua, Symptom Questions , Setelah mendengar keluhan , seorang dokter mulai mengenali gejala panyakit yang diderita pasiennya.Demikian juga seorang guru setelah mengenali riwayat kesulitan belajar dapat segera mengenali gejala perilaku belajar siswanya.Apakah siswa memang cenderung siswa yang cuek,malas,butuh bimbingan atau memang membutuhkan tantangan belajar.

Ketiga ,Cause Qoestions ,tindakan dokter melakkan treatmen kepada passien setalah mengenali didasari pada alasan riwayat penyakit dan gejala .Demikian juga guru setelah menemukan aspek penyebab keengganan siswa dalam belajar dapat menentukan strategi pembelajaran yang tepat berbasis permaslahan individu siswa.

Keempat ,Complications Questions,biasanya jika treatment awal seorang dokter belum berhasil ,maka penelurusan selajutnya adalam menduga adanya komplikasi dari penyakit pasiens.Demikian juga seorang guru jika tindakan umum prosedur belajar mengajar sudah dilakukan. Maka tindakan selanjutnya adalah memberikan rekomondasi kepada orang tua siswa untuk berkonsultasi kepada ahli,psikolog ,psikiater atau tindakan medis. Agar menemukan perlakauan metode pembelajaran yang tepat bagi siswa bersangkutan.

Sementara itu tugas guru, harus melaporkan kepada Kepala Sekolah dan Pengawas tentang kasus siswa bersangkutan.Sehingga sekolah dan dinas pendidika terkait mempunyai rekaman riwayat problem pendidikan. Apabila dikemudian hari siswa tersebut mengikuti UJian Nasional setidaknya solusi atas kesulitan menggunakan Evaluasi yang berlaku umum itu dapat ditemukan.Mengingat untuk siswa dengan “kelebihan “ khusus, tentu tidak tepat menggunakan ukuran ujian umum.

Kelima ,Cure Questions ,Pemeberian obat dan tindakan medis berikutnya adalah upaya doketer dalam proses penyembuhan pasiens . Demikian juga guru berdasar refensi surat keterengan ahli dapat menentukan metode dan tindakan pembelajaran kepada siswa yang bersangkutan. Tentunya dituntut kerja sama semua pihak orang tua, semua rekan guru ,siswa dan kepala sekolah.



Kadang profesi guru itu juga seperti layaknya dokter……

Komentar

  1. Soeparno Taslim
    Bener kang Hari, Guru adalah bagai seorang Dokter, mereka harus pandai dan tepat dalam memberikan diagnose pada kemampuan seorang peserta didiknya. Oleh karena itu seorang Guru harus mampu menguasai ilmu didaktik, metodik, dan otodikdak dalam pembelajaran. Sehingga mereka bagai seorang paranormal, yang tahu akan karakteristik, perilaku, kemampuan kompetensinya sehingga harus profesional. Seorang profesional, guru harus mampu memberikan pelayanan dengan keberbedaan kondisi yang ada di dalam diri peserta didik semacam itu, ada yang low, normal, dan upper. Hal seperti Itulah yang merupakan tugas kita, agar bagaimana dapat mengembangkan seorang guru yang bener2 profesional
    Suka · · Ikuti Kiriman · Senin pukul 5:38

    Nonot S Mono kusus guru terbang pak, juga harus mampu menyesuaikan diri, ketika dia berada disekolah lain, karena antara sekolah satu dgn yg lainnya beda karakter dan budayanya...
    Senin pukul 6:03 · Suka
    Gatot Hp Priowirjanto Mungkin materinya standard tinggi yg di berikan, kmdn baru di diagnostik mana yg tertinggal dan maju..sharing dalam team utk pembelajaran yad akAn memudahkan meratakan perkembangan setiap anak..
    Senin pukul 7:35 melalui seluler · Suka
    Tulis komentar...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kiat Menjadi Guru Profesional Abad 21 (Tuntutan Kurikulum 2013)

Penyebab siswa tak menghargai gurunya dan solusinya..!

PROPHET LEADERSHIP: PEJABAT AMANAH SOLUSI UMAT