Keperpihakan Siswa pada Guru.”Bersalah”


Keperpihakan Siswa pada Guru.”Bersalah”



Tanpa sengaja saya ketemu dengan “murid “ saya,Regina, yang sering belajar ke radioan di Rapendik beberapa tahun lalu. Saat ini ia duduk dikelas XI , setelah berbasi basi sebentar dia nampak gelisah ingin berbagi sesuatu mengungkapkan kegelisahannya.setelah mencari tempat yang cocok ia mulai berani berbicara.

“Kank ,saat ini disekolah saya tidak kondusif !”

Kank ,panggilan akrab semua orang yang mengenal saya tanpa batas usia.

“Kenapa …?”tanya saya

“Mungkin Akang sudah baca berita atau nonton TV kejadian guru yang menampar siswanya….?”

“Ya..”.

“Tapi,sebenarnya tidak seperti itu….”

“ Oh ..ya..!”

“Kami dan beberapa teman kebetulan ada di sekitar kejadian…!”
dan dia pun menceritakan kronologi peristiwa itu secara detil kemudian … Reginapun melanjutkan pernyataannnya

“Dikarenakan ,ego dan entah apalah namanya peristiwa itu tanpa konfrimasi langsung ke DPRD kab,mengingat bapaknya siswa itu aktivis politik….Sekarang hanya karena ulah delapan anak itu sekolah kami tak lagi kondusif..!”

“Tak kondusif bagaimana…?”tanya saya

“Antar guru kelihatan ada permusuhan,banyak siswa sudah tak menghargai gurunya,diantara siswa pun saling curiga ,ditambah lagi pers sering mengorek ngorek informasi dan banyak orang orang gak jelas melakukan terror..!”

“Menurut Regina bagaimana . ?

“Saya tahu bahwa sebenarnya siswa itu salah, walau tindakan guru itupun tidak bisa dikatakan benar seratus persen.tapi saya bersama anggota osis ingin mengembalikan keadaan seperti semula…bisakah kank ?, lalu dengan jalan bagaimana saya melakukan itu…?”.

Komentar

  1. “Saya tahu bahwa sebenarnya siswa itu salah, walau tindakan guru itupun tidak bisa dikatakan benar seratus persen.."

    Saya salut kepada Regina, tidak banyak siswa yang loyal dan memiliki pemikiran dewasa seperti dia dalam menghadapi permasalahan yang dihadapi guru atau sekolah secara kelembagaan. Usaha untuk "menyelamatkan" sekolah yang ingin dilakukan Regina bisa saja dilakukan, walaupun berat dan memerlukan waktu untuk mengembalikan keadaan yang kondusif seperti semula.
    Regina bisa melakukan sharing dengan gurunya (bisa wali kelas, BK, atau siapa pun) yang bisa mengakomodasi aspirasi Regina tersebut. Dengan demikian harapannya adalah masalah dibicarakan secara lembaga dan diselesaikan bersama.
    Untuk kalangan siswa, Regina bisa mendiskusikan secara organisasi OSIS dan melakukan "gerakan" untuk merapatkan barisan baik antarsiswa maupun kepada guru. Menjalin kembali silaturahmi yang telah terkontaminasi dengan "masalah penamparan" tsb.
    Sedangkan kecurigaan antarguru dan ketimpangan komunikasi di antara beliau seharusnya tidak terjadi karena guru adalah cermin yang bisa memantulkan "objek" sebagai keteladanan bagi para siswa.

    Terima kasih, postingan ini adalah "warning" bagi para guru untuk selalu berhati-hati dalam bertindak "keras" terhadap siswa.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kiat Menjadi Guru Profesional Abad 21 (Tuntutan Kurikulum 2013)

Penyebab siswa tak menghargai gurunya dan solusinya..!

PROPHET LEADERSHIP: PEJABAT AMANAH SOLUSI UMAT