Strategi Manajemen Dakwah di Era Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) ,bag 1.
Sebagaimana disebutkan dalam QS An Nahl 125 bahwa dakwah adalah mengajak umat manusia kejalan Allah dengan cara yang bijak sana
,nasehat yang baik serta berdebat dengan cara yang baik pula.Maka dakwah diera
modern ini membutuhkanmanajemen strategi agar dakwah itu menjadi efektif.
Perkembangan TIK suka tidak suka telah merasuk dan mengubah
perilaku manusia di Indonesia,dan disinyalir perilaku yang muncul dari
pengaruh buruk TIK adalah perilaku yang
bertentangan dari nilai nilai ajaran agama,oleh karena itu diperlukan strategi
yang lebih komperhensif dalam berdakwah dan mengajak umat kembali kejalan yang
benar.
Sebagaimana ditulis oleh Dee
hook dalam bukunya Udaipur as a learning
City bahwa: “As the old millennium
departs and leaves behind a thousand years of conflict, ignorance, discord
and division we find ourselves at a crossroads in the development of human
society.
. Kemajuan dan peningkatkan mutu umat saat ini sangat
bergantung dari peran tokoh agama dan
segenap masyarakat yang masih peduli perbaikan peradaban. Kalau dulu berdakwah
hanya mendengarkan ceramah di masjid atau forum forum pengajian , sudah
dianggap cukup dapat membentuk “karakter” manusia,kini tidak bisa lagi. Paling
tidak perlu menggunakan berbagai media informasi untuk meningkatkan intensitas dan frekuenasi transformasi nilai nilai keagamaan.
Sedangkan ciri ciri
“juru-dakwah” bukanlah one man show
dikarenakan tidak bisa menangani semua
pekerjaan sendirian.
Pertama, dia bisa
dengan cepat dan tepat peluang atau ancaman yang bakal menimpa umat memiliki kemampuan to be sensitive the reality
dan sense of urgency .
Ketika Rosulullah SAW melihat Sa’ad kurang perhatian kepada
istrinya,maka beliau memerintahkan kepada Sa’ad agar lebih memperhatikan
istrinya dengan sabdanya:”sesungguhnya,Saad itu pencemburu dan Saya lebih pencemburu
dari Saad, dan sesungguhnya Allah lebih pencemburu daripada saya”. HR, Bukhari-
Muslim
Kedua setelah melihat peluang atau ancaman dia berani mengambil tindakan dengan
menciptakan strategi dakwah dengan berbagai alternative strategi media
komunikasi yang digunakan. Yang tidak memiliki ‘kelapangan hati “ untuk
berdakwah dengan keluar dari “pakem”
paradigma dakwah tidak bisa melakukannya.
Ketiga,peran tokoh agama dalam mengembangkan dan
mengelola strategi dakwah bisa membentuk team dakwah dengan pedelegasian
tugas ,mulai dari penyusunan kurikulum dakwah berkaitan dengan konten materi
dakwah, penyusunan media komunikasi dakwah dan penyusunan team konsultasi umat.
Singkatnya seperti pengelolaan manajemen perusahaan atau kurikulum dan dunia
pendidkan
Sebagian orang yang merasa “faham “ agama salah mengerti
tentang penerapan pemanfaatan peralatan TIK sebagai media dakwah karena
dianggap tidak sesuai pakem dakwah dan dianggap bahwa produk TIK mendatangkan
kemudhratan.
Ada beberapa indikator agar pemanfaatan dan pendayagunaan
TIK membawa kebaikan bagi umat:
Pertama, strategi
dakwah harus dikembangkan dalam kerangka berpikir kompetisi (competition
paradigm ) artinya,berlomba lomba dalam kebaikan dan memperbaiki umat,
lihat saja persaingan dalam media
massa ambil contoh berbagai macam acara di televisi yang
menempati rating tertinggi jarang pada acara acara yang bersifat religi lebih banyak acara hiburan.
Perkembangan penjualan pada majalah dan buku bersifat religi justru banyak
mendapat keluhan dari konsumen dibandingkan dengan majalah atau kiat kita sukses jenis konten popular. Demikian juga pagelaran music atau olah raga lebih digemari anak muda
dibandingkan majelis taklim . Oleh karena itu dalam penyusunan strategi dakwah
harus didekatkan pada trend yang relevan dengan life style dari masyarakatnya.
Sebagaimana ajakan Rosulullah SAW saat ditanya seorang
sahabat; “ya Rosulullah !, Siapakah manusia yang paling baik ?’. Nabi menjawab
;” setiap mukmin yang hatinya makmum .! ,Pa itu orang yang hatinya makmum ,Nabi
kembali menjwab; Yaitu orang yang taqwa ,besih hatinya ,tak ada padanya
penipuan ,kedurhakaan ,pengkhianatan ,kedengkian dan hasutan!”. (HR Ibnu Majah
dari Ibnu Umar) Bersambung …
Komentar
Posting Komentar